Bangun
tidur pagi ini(kalo jam 9 boleh disebut pagi) bikin kopi dan nyalain
sebatang rokok saya buka-buka Koran hari ini. Ada berita yang agak
menarik perhatian saya. Bukan soal perseteruan presiden dengan seorang
tokoh reformasi yang udah jarang meneriakkan reformasi lagi itu,
melainkan berita di halaman 11 di koran terbesar di Indonesia itu
tentang seorang menteri di negara asalnya Doraemon dan detektif Conan
yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Bukan bunuh dirinya yang
menarik bagi saya, tapi sebabnya dia bunuh diri itu yang agak
menggelitik rasa ketertarikan saya. Pak menteri pertanian itu bunuh diri
karena dia ketauan terlibat kasus suap. Dalam hati saya bertepuk tangan
dan mengacungkan dua jempol buat menteri pertanian Jepang yang biasa
saya panggil Om Matsuoka itu. Bukan kagum dengan style dia mengakhiri
hidupnya(biasa banget kok, cuma gantung diri),
melainkan dengan sikapnya yang pilih mati daripada harus menanggung malu
akibat kecurangan yang dilakukannya. Menurut saya hal itu merupakan
salah satu bentuk pertanggungjawaban kelas tinggi, yang saya rasa para
pelaku kecurangan2 semacam itu di Indonesia belum dapat menyamai level
Om Matsuoka ini, dalam hal bertanggungjawab tentunya.
Kita ambil contoh aja para pengemplang dana BLBI yang sampe sekarang gak ketangkep-ketangkep. Alih-alih bunuh diri karena malu telah berlaku curang, mereka malah ngacir ke luar negeri, dan sangat dimungkinkan saat anda baca tulisan ini, mereka lagi asik main roullet di salah satu kasino di las vegas sono sambil ngisep cerutu dan dikelilingi cewek-cewek blonde sexy(kebanyakan nonton film Hollywood ni…).
Kita ambil contoh aja para pengemplang dana BLBI yang sampe sekarang gak ketangkep-ketangkep. Alih-alih bunuh diri karena malu telah berlaku curang, mereka malah ngacir ke luar negeri, dan sangat dimungkinkan saat anda baca tulisan ini, mereka lagi asik main roullet di salah satu kasino di las vegas sono sambil ngisep cerutu dan dikelilingi cewek-cewek blonde sexy(kebanyakan nonton film Hollywood ni…).
Memang tampaknya Indonesia harus mengembangkan budaya malu mulai sekarang. Udah telat sih tapi better late than never kan? Andaikata budaya malu itu udah membudaya di Indonesia, maka saya rasa gak perlu ada macam ICW atau KPK di Indonesia. Tapi menurut saya pasti gak akan semudah merebut permen dari anak kecil(wong anak kecil sekarang pada makan French fries), kita udah dididik dan disuguhi budaya malu-maluin macam korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) selama seluruh hidup kita. Lha coba anda bayangin, saya yang lahir tahun 1983 dimana mbah Soeharto udah menancapkan cakarnya dibumi Indonesia sebagai penguasa tunggal yang untouchable, sepanjang waktu hidup saya, saya disuguhi berbagai realita seperti memberi kemudahan bagi anggota keluarga dengan kekuasaan yang dimiliki adalah sah, memotong anggaran negara untuk kepentingan pribadi adalah boleh, dan bermacam realita-realita lain yang menyesatkan pandangan hidup saya. Secara perlahan namun pasti saya ternyata juga mulai bermental seperti itu. Baru pada 1998 kemaren era budaya malu-maluin yang diusung mbah Harto(begitu saya biasa memanggil dia) berakhir, eh maksud saya eranya si embah itu ding yang berakhir, kalau tentang budaya malu-maluin sampe sekarang juga belum berkahir.
Tapi saya sebagai orang awam berpandangan positif terhadap pemerintahan Om Bambang (panggilan akrab saya buat SBY). Gebrakan yang dibuatnya untuk menghapus segala warisan jelek era mbah Harto pantas untuk diacungi jempol. Tapi saya sarankan kita juga jangan terlalu berharap banyak Indonesia akan berubah menjadi negara yang bersih dari segala praktek-praktek budaya malu-maluin tadi, waktu 5 tahun yang dimiliki Om Bambang gak akan cukup untuk menutup dosa yang dibuat mbah Harto selama 30 tahun lebih. Paling nggak perubahan ke arah yang lebih baik sudah terlihat. Dan perubahan itu memang harus dimulai dari para pemimpin bangsa ini dulu, karena seorang pemimpin adalah contoh yang akan ditiru oleh rakyatnya, sebuah contoh yang baik akan menghasilkan sebuah tiruan yang baik pula. Saya sarankan lagi jangan bisanya cuma demo teriak-teriak menuntut perubahan ini dan itu secara instan, gak ada yang instan didunia ini selain mie. Sebagai kaum terpelajar seharusnya kita mendemo diri kita sendiri dulu untuk menjadi lebih baik, kalo semua berpikiran seperti itu patilah Indonesia ini menjadi sebuah negara yang kalo dalam pewayangan disebutkan gemah ripah loh jinawi, entah apa arti tepatnya, yang jelas kayaknya artinya baik,he3x..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar